PPG FKIP UMM : Penguatan Wawasan Kebangsaan bagi Guru Profesional dalam Menyiapkan Generasi Emas di Era Global

Minggu, 04 Juli 2021 00:56 WIB   Program Studi Pendidikan Profesi Guru

Foto: Komandan Pusdik Arhanud, Brigjen TNI Elman Nawendro, memaparkan materi Wawasan Kebangsaan

 

Malang-Sebanyak 960 mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prodi PPG Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang ikuti stadium general wawasan kebangsaan yang digelar secara virtual, Minggu (04/07/2021). Mahasiswa PPG ini terdiri dari Program PPG Prajabatan Mandiri serta PPG Dalam Jabatan Angkatan I dan Angkatan 2 Tahun 2021 Kemendikbud.

Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin mengatakan, aktivitas ini sangat penting untuk dilakukan mengingat guru mengemban peranan vital dalam konteks nasionalisme di era globalisasi saat ini.

“Saat ini, kita berada dalam era globalisasi 3.0 yang dipercepat dengan adanya revolusi industri 4.0. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita. Maka, di sinilah guru memerankan peranannya dalam konteks nasionalisme di era globalisasi ini,” terang Syamsul.

Di akhir sambutannya, Syamsul memberikan apresiasi atas komitmen Prodi PPG FKIP dalam meningkatkan kapasitas para mahasiswa PPG yang notabenenya adalah seorang guru. “Apresiasi kepada Prodi PPG yang terus membina para peserta PPG untuk menjadi guru profesional demi kemaslahatan bangsa dan negara,” tutupnya.

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber yakni, Brigjen TNI Elman Nawendro, Dr. Poncojari Wahyono, dan Dr. Trisakti Handayani.

Dalam paparannya, Brigjen TNI Elman Nawendro mengatakan, kondisi bangsa saat ini memiliki indikasi menurunnya wawasan kebangsaan yang ditandai dengan melemahnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap Pancasila dan nilai-nilai budaya Indonesia, adanya oknum penyelenggara negara dan masyarakat yang kurang peka dan peduli terhadap perkembangan sosial yang menyebabkan konflik, rendahnya ketahanan masyarakat terhadap pengaruh negatif globalisasi, dan melemahnya pewarisan serta implementasi budaya luhur bangsa. Upaya yang bisa dilakukan mengatasi kondisi itu adalah menanamkan konsep wawasan kebangsaan yang meliputi rasa kebangsaan, semangat kebangsaan, dan paham kebangsaan melalui pendidikan.

“Pendidikan formal, informal, maupun nonformal yang dimulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk menanamkan pemahaman atas nilai-nilai empat konsensus nasional,” terang Elman yang menjabat sebagai Komandan Pusdik Arhanud.

Elman pun berpesan agar seluruh komponen masyarakat dapat bahu-membahu dalam memupuk rasa nasionalisme ini.

“Seluruh komponen bangsa harus berperan aktif dan bekerja sama dengan cara yang sesuai dengan budaya bangsa dalam mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia dengan lebih mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan individu, kelompok, golongan, atau suku bangsa,” pungkasnya.

Di sisi lain, Poncojari Wahyono secara spesifik menyoroti tentang internalisasi nilai wawasan kebangsaan dalam pendidikan di wilayah perbatasan. Dikatakan Ponco, kualitas SDM Indonesia terbilang rendah bila dibandingkan negara tetangga, khususnya di wilayah perbatasan. Upaya peningkatan kualitas SDM ini dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan dengan cara melakukan internalisasi nilai wawasan kebangsaan di sekolah dari tingkat dasar sampau tingkat menengah. Ia pun mengajukan empat desain internalisasi nilai wawasan kebangsaan.

“Upaya-upaya internalisasi nilai agama dan kebangsaan bisa dilakukan dengan langkah-langkah revitalisasi pendidikan dasar dan menengah, melakukan pengelolaan guru yang profesional, revitalisasi kurikulum dan ujian nasional, dan melakukan internalisasi nilai wawasan kebangsaan kepada seluruh masyarakat melalui pelatihan,” jelas Dekan FKIP UMM.

Secara khusus, Ponco menggarisbawahi bahwa wawasan kebangsaan bukanlah tugas dan tanggung jawab guru PPKn atau guru agama saja.

“Ketika menjadi guru, wawaswan kebangsaan jangan diserahkan kepada guru PPKn atau Agama! Semua harus bertanggung jawab memasukkan wawasan kebangsaan mengarahkan peserta didik menginternalisasi wawaasan kebangsaan ini,” tegas Ponco.

Tak kalah menarik, pemateri terakhir mengangkat topik “Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia dan Peran Guru Profesional dalam Mewujudkan Generasi Berkarakter”. Sejalan dengan tema yang diangkat, Trisakti mengupas ideologi Pancasila. Menurutnya, nilai-nilai karakter Pancasila berakar dari filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewanatara yang dielaborasi menjadi 18 nilai-nilai karakter.

“Namun, kristalisasi nilai-nilai Pancasila ini pada dasarnya mencakup lima nilai utama yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas,” jelas Trisakti.

Masih menurut Trisakti, ada empat strategi pengembangan karakter Pancasila. Keempat strategi itu adalah penerapan dalam kurikuler, penerapan dalam bidang kokurikuler, penerapan dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan penerapan dalam bidang non-kurikuler. (*fid)

Shared: