MALANG KOTA - Sebanyak 218 Mahasiswa Program Pendidikan Guru (PPG) Calon Guru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Gelombang 2 2024 mengikuti orientasi akademik di Hotel Grand Mercure Malang Mirama pada Jumat (6/9).
Mereka berasal dari bidang studi Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), serta Agribisnis Perikanan. Selama dua semester ke depan mereka akan menjalani perkuliahan dengan sistem blended learning di UMM. Dekan FKIP UMM Prof. Dr. Trisakti Handayani, MM mengatakan, sebanyak 12 mata kuliah dengan 38 SKS akan banyak praktik langsung ke lapangan. ”Sejak semester satu mahasiswa (PPG) langsung Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dengan sekolah mitra UMM,” tuturnya.
Sehingga, diharapkan mahasiswa dapat memiliki pengalaman praktik yang nyata.Pihaknya juga menyampaikan bahwa PPG prajabatan merupakan program untuk mencetak generasi baru guru-guru baru di Indonesia ”Generasi yang siap menjadi pemain di era Internasional dengan penguasaan teknologi yang andal, serta generasi guru baru yang dapat mewujudkan Merdeka Belajar,” terangnya.
Untuk itu, PPG FKIP UMM juga mewajibkan mahasiswa presentasi saat demonstrasi kontekstual. Transformasi pembelajaran tersebut dilakukan agar lulusan PPG FKIP UMM dapat lebih unggul dari pada lulusan universitas lain. Tak hanya itu, agar memiliki daya saing global, mahasiswa juga dibekali pengetahuan terkait media digital dengan belajar langsung di ruang multimedia.”Di dalamnya, mahasiswa dapat belajar langsung menggunakan alat-alat modern, seperti podcast hingga metaverse,” terangnya.Ia berharap dengan mengikuti PPG di FKIP UMM tersebut para calon guru tersebut dapat terbantu untuk mewujudkan cita-citanya. Namun hal tersebut kata Trisakti tidak akan terwujud apabila tidak ada sinergi yang baik antara dosen, guru pamong, admin, dan juga mahasiswa.
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik SE MSi. Dalam sambutannya, ia mengatakan, blind spot analysis perlu diterapkan para guru dalam mengajar.Di mana guru harus menghilangkan bias persepsi individu dalam melihat siswa. Saat ini, menurut Nazaruddin, pemberian materi pelajaran di sekolah disamaratakan.Padahal, keunggulan masing-masing siswa sangatlah berbeda. Maka potensi siswa tidak dapat terasah dengan maksimal.“Dengan blind spot analysis, guru tidak akan menyamaratakan (materi pelajaran) pada setiap siswa. Untuk mempertajam analisis dan insting tersebut, guru harus terus berlatih salah satunya dengan banyak membaca berbagai informasi,” tutup Nazaruddin. (dur/adn)
Sumber : Radar Malang